Selama
bertahun-tahun konsumen merasa aman dalam memilih parasetamol sebagai obat
pereda sakit. Berbeda dengan painkiller jenis ibuprofen atau asetosal (asam
asetilsalisilat), parasetamol tidak menyebabkan peradangan. Karena itulah obat
ini sering dianggap aman. Tetapi faktanya, studi terbaru menunjukkan
parasetamol dalam dosis tinggi bisa menyebabkan kerusakan liver, bahkan
kematian.
Parasetamol merupakan obat analgesik yang populer digunakan
untuk melegakan sesak napas, demam, atau sakit ringan. Namun baru-baru ini Badan Pengawas Obat dan Makanan
Amerika Serikat (FDA) mengeluarkan peringatan akan banyaknya obat penghilang rasa sakit (painkiller)
yang dijual bebas dan mengandung parasetamol, bisa membahayakan karena
berpotensi merusak liver (Hasibuan, 2009).
Tak disangka, ternyata penggunaan parasetamol dalam jangka
waktu panjang dan terus menerus dapat menimbulkan akibat fatal bagi kesehatan.
Apa saja bahaya yang ditimbulkan dari parasetamol? Bagaimana cara menggunakan
parasetamol dengan aman? Berikut akan dijabarkan mengenai seluk beluk
parasetamol, dampak negatif, dan cara aman serta dosis yang dianjurkan dalam
penggunaannya.
Parasetamol Di Mata Masyarakat
Acetaminophen atau parasetamol
merupakan obat yang paling laku dan paling banyak dikonsumsi orang selain
Amoxicillin. Setiap kali menderita demam, parasetamol sudah pasti akan menjadi
obat yang paling dicari untuk menurunkan panas badan. Kalau di dunia blog kita
sering mendengar istilah seleb blog maka di dunia obat, parasetamol bisa kita
masukan ke dalam seleb drug alias seleb obat.
Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di
pasaran dengan ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol,
Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain. Cukup banyak pilihan bukan? Namun
tidak usah khawatir walaupun dengan nama dagang, harga obat ini termasuk
terjangkau bagi semua kalangan.
Parasetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan
yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, parasetamol
juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan
sampai sedang.
Jadi, tidak perlu heran bila suatu saat diberikan parasetamol oleh
dokter untuk mengatasi sakit kepala atau sakit gigi.
Parasetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk
mengatasi rasa nyeri pada rematik sebab parasetamol tidak mempunyai efek anti
inflamasi seperti aspirin sehingga bila kedua obat ini digabung maka akan
didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit rematik. Parasetamol
aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap dianjurkan pada
wanita hamil untuk meminum obat ini bila benar benar membutuhkan dan dalam
pengawasan dokter (Tahitian, 2010).
Hampir setiap obat sakit kepala dan demam yang dijual secara
bebas pasti mengandung parasetamol, hanya saja kadarnya yang berbeda.Memang
diakui, parasetamol terbukti sangat efektif untuk menghilang rasa nyeri dalam
waktu singkat.
Parasetamol memang sangat manjur untuk menghilangkan rasa
sakit kepala, pusing atau demam. Tapi, dibalik keampuhannya tersebut, ternyata
menyimpan bahaya yang cukup besar yang bahkan dapat mengakibatkan kematian.
Penelitian Mengenai Bahaya
Parasetamol
Penggunaan
parasetamol secara berlebihan atau sering, bisa menimbulkan efek samping dikemudian
hari. Seperti yang ditulis
di jurnal Lancet, dua penelitian telah menemukan bahwa penggunaan parasetamol
dalam intensitas yang cukup sering, dapat meningkatkan resiko anak terkena asma
dan eksim ketika mereka berusia 6 atau 7 tahun.
Pada
penelitian yang pertama, para peneliti menemukan, dari 205.000 anak, yang
menggunakan parasetamol di tahun pertama kehidupan mereka ternyata meningkatkan
risiko terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan
mereka yang tidak mengonsumsinya (Sunanda, 2010).
Satu
teori yang dikemukakan oleh para peneliti mengenai hubungan antara parasetamol
dengan asma adalah antioksidan. Parasetamol mampu mengurangi kadar antioksidan
dalam tubuh. Padahal, antioksidan sangat dibutuhkan tubuh untuk melawan radikal
bebas yang masuk ke tubuh kita dan mencegah kerusakan. “Parasetamol dapat
mengurangi kadar antioksidan dan itu dapat menimbulkan stres pada paru-paru dan
menyebabkan asma,” kata Richard Beasley di Medical Research Institute of New
Zealand, seperti dikutip dari Reuters.
Sama
halnya pada asma. Penggunaan parasetamol dapat melipat gandakan risiko eksim,
bersin yang terus-menerus, bunyi napas sengau, dan sakit tenggorokan, ketika
anak berusia 6 atau 7 tahun (Hasibuan, 2009).
Oleh
sebab itu, para peneliti sangat mendukung pedoman yang diberikan oleh WHO, yang
merekomendasikan parasetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Sebaiknya parasetamol
hanya digunakan untuk anak-anak yang mengalami demam tinggi (38,5 derajat
Celcius atau lebih).
Bila karena suatu sebab
yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini melebih dosis maksimum tadi maka
jangan heran bila kelak terjadi kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan
hati yang perlu mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter antara lain :
mual sampai muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni yang
pekat seperti teh, nyeri di perut kanan atas, dan rasa lelah dan lemas.
Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara
lain : kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak.
Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum parasetamol,
segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Bagi penderita penyakit asma dan penyakit paru obstruktif
menahun atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) dapat menyebabkan
penurunan fungsi paru-paru. Hasil ini berdasarkan data survei yang dikumpulkan
oleh 'Third National Health and Nutrition Examination Survey' dari tahun
1988-1994 pada sekitar 13.500 orang dewasa di Amerika Serikat. Mereka semua
memberikan informasi akan obat yang dipakai yaitu Aspirin Parasetamol dan
Ibuprofen (Hasibuan, 2009).
Dari data survey ini terlihat bahwa mereka yang menggunakan
obat Parasetamol, mengalami resiko untuk menderita Asma dan COPD yang lebih
tinggi. Dan pada penggunaan Parasetamol rutin setiap hari atau penggunaan lebih
besar,
Penelitian yang dilakukan pada hewan, dosis tinggi dari Parasetamol
akan menurunkan kadar dari salah satu antioksidan yang penting, yaitu
Glutathion, yang ada pada jaringan paru. Jadi,kemungkinan gangguan paru yang
terjadi akibat pemakaian rutin Parasetamol disebabkan karena terjadi penurunan
Glutathion, yang menyebabkan peningkatan resiko dari kerusakan jaringan paru
dan peningkatan dari penyakit pernafasan.Penelitian ini mendukung penelitian
sebelumnya, yang menyatakan bahwa penggunaan Parasetamol dapat meningkatkan
resiko yang berat bagi penderita asma.
Bahaya Parasetamol atau yang disebut juga Asetaminofen,
ternyata tidak hanya menyerang paru-paru saja, termasuk juga ginjal bila
digunakan dalam waktu yang lama. Kebiasaan menggunakan Parasetamol, terutama
bagi kaum wanita untuk menghilangkan nyeri seperti pada saat haid, dinilai
sangat membahayakan. Penelitian ini dilakukan terhadap 1.700 wanita yang
diteliti selama lebih dari 11 tahun, yang mengalami penurunan fungsi filtrasi
ginjal sebesar 30 persen. Dari penelitian terlihat bahwa wanita yang
mengkonsumsi Parasetamol sebanyak 1.500 - 9.000 butir selama hidupnya, berisiko
untuk mengalami gangguan ginjal sebesar 64 persen (Sunanda, 2010).
Sedangkan untuk mereka yang mengkonsumsi lebih dari 9.000
tablet, risiko ini meningkat hingga dua kali lipat. Tapi penelitian ini tidak
menunjukkan adanya hubungan antara gangguan fungsi ginjal dengan Aspirin atau
obat pereda nyeri/inflamasi lainnya seperti golongan anti inflamasi non-steroid
(Hasibuan, 2009).
Dosis Aman Penggunaan Parasetamol
Sebelumnya menurut rekomendasi FDA dosis aman mengonsumsi
parasetamol tidak lebih dari 4000 mg dalam jangka 24 jam bagi orang dewasa dan
anak berusia di atas 12 tahun. Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis
maksimum parasetamol untuk orang dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8
tablet parasetamol 500mg (Hasibuan, 2009).
Sayangnya karena parasetamol termasuk obat yang mudah
didapat, overdosis obat baik sengaja atau tidak sering terjadi. Misalnya saja
orang yang menderita arthritis atau nyeri sendi yang dengan mudah mengalami overdosis
bila ia mengonsumsi obat arthrtitis tiap 4 atau 6 jam dan ditambah obat
penghilang nyeri lainnya yang mengandung parasetamol dan biasanya dijual bebas.
Obat nyeri sendi seperti tylenol mengandung 325 mg parasetamol dan 500 mg untuk
jenis ekstra kuat.
Untuk menghidari efek samping tersebut, FDA menurunkan dosis
aman parasetamol, yakni 3.250 mg untuk orang dewasa (sebagian ahli merasa dosis
ini masih terlalu tinggi) dan untuk dosis tunggal tidak lebih dari 650 mg
(Hasibuan, 2009).
Selain itu karena kombinasi parasetamol dan alkohol bisa
meracuni liver, maka orang yang mengonsumsi lebih dari tiga gelas minuman
beralkohol disarankan untuk mengurangi asupan parasetamol dari dosis biasa.
Konsumen juga diharapkan mewaspadai kemungkinan over dosis
karena mengonsumsi beberapa jenis obat yang mengandung parasetamol secara
bersamaan untuk mengurangi gejala seperti demam, sakit kepala, nyeri
menstruasi, atau influenza.
Lalu,
sebatas apa parasetamol boleh digunakan? Menurut peneliti, penggunaan parasetamol
satu kali sebulan atau lebih dengan dosis tingi, mampu meningkatkan risiko asma
sebanyak tiga kali. Penggunaan parasetamol yang dinilai cukup (medium)
didefinisikan sebagai penggunaan sebanyak satu kali setahun atau lebih, tetapi
kurang dari satu kali sebulan.
Peringatan diatas
bukannya tanpa alasan sebab walaupun parasetamol kelihatan seperti obat yang
jinak, namun dibalik semua itu terdapat banyak efek samping yang perlu
diwaspadai. Tetapi hal tersebut tidak usah terlalu dikhawatirkan, asal diminum
sesuai dengan anjuran maka efek samping tidak akan pernah muncul dan walaupun
muncul, derajatnya sangat ringan.
Hal yang Perlu Diperhatikan dalam
Penggunaan Parasetamol
Walaupun sebenarnya obat ini bisa dibeli dengan bebas di
warung warung, tetapi dalam penggunaanya tentu saja harus tetap memperhatikan pakem atau dosis yang dianjurkan. Jangan
pernah coba coba minum obat ini melebihi dari dosis yang dianjurkan bila ingin
selamat. Jangan pula meminum obat ini selama lebih dari 10 hari berturut turut
tanpa berkonsultasi dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan
pada anak dibawah 3 tahun tanpa terlebih dahulu meminta saran dari dokter
(Tahitian, 2010).
Segera ke dokter bila salah satu dari tanda berikut muncul
setelah anda minum parasetamol. Tanda tanda itu antara lain : terjadi
perdarahan ringan sampai berat, keluhan demam dan nyeri tenggorokan tidak
berkurang yang kemungkinan disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu
penanganan lebih lanjut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani
pengobatan dengan parasetamol antara lain, sebelum minum parasetamol, sampaikan
ke dokter anda kalau anda sebelumnya pernah mengalami alergi setelah
mengkonsumsi parasetamol atau alergi yang disebabkan oleh sebab lain. Selain
itu, informasikan pula ke dokter bila anda mempunyai riwayat penyakit khronis
seperti penyakit hati, ketergantungan alkohol, dan lain lain. Paracetmol dapat
merusak hati, maka bila ditambah dengan mengkonsumsi alkohol secara berlebihan
maka akan mempercepat terjadinya kerusakan hati.
Penelitian yang dilakukan serta hasil yang telah
dipublikasikan tidak bertujuan untuk menakut-nakuti konsumen, namun agar mereka
berhati-hati dalam menggunakannya untuk jangka panjang.
Selain itu bagi para peneliti, diperlukan penelitian lebih
lanjut untuk mendapatkan pengobatan lain dalam mengatasi rasa nyeri, yang tidak
berbahaya bila digunakan untuk waktu yang lama.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasibuan,
Rusli. “Parasetamol Tak Seaman yang Dikira.” http://www.untukku.com/artikel-untukku/parasetamol-tak-seaman-yang-dikira-untukku.html
(diakses tanggal 6 Juli 2011)
Sunanda, Ade.
“Bahaya Penggunaan Parasetamol.” http://obatherbal.adesunandar.com/2011/03/bahaya-penggunaan-parasetamol/
(diakses tanggal 6 Juli 2011)
Tahitian, Noni
Jush. “Dampak Negatif Parasetamol Bagi Kesehatan.” http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=192108297478117
(diakses tanggal 6 Juli 2011)
wekss...parasetamol favorit, sering gunakan maksudnya
BalasHapus